Sabtu, 18 Mei 2013

cerpen



My Dream,Thats Me.
“selamat untuk tuan Ryan,dan hari ini kita akan membuka pameran amal foto-foto dari fotografer terkenal,Ryan Ahmad”. Semua bertepuk tangan.
Ya,hari ini adalah pameran amal yang aku buat,ku berharap hasilnya tidak mengecewakan. Sangat sulit untuk menjadikan mimpiku menjadi kenyataan tentu banyak yang harus aku hadapi,sampai-sampai aku harus menangis karena mimpiku ini. Dan inilah kisahku...
5 tahun yang lalu....
“ayah harus mengatakannya berapa kali? 100 kali? Pokoknya ayah tidak setuju kamu menjadi fotografer,ayah tetap menjadikanmu penerus perusahaan ayah.”
Ayah membanting pintunya. Ayah memang orang yang sulit diajak berbicara. Aku mengambil foto-foto yang tadi ayah lempar. Ayah tidak pernah mengerti tentang apa yang aku inginkan,selalu saja aku yang mengikuti permintaan ayah,tak pernah sekalipun kebalikannya. Kuletakkan foto-foto itu dibuku albumku,dan kuberanjak tidur untuk esok hari disekolah.
“kau ini,harus berapa kali aku katakan? Katakan yang sebenarnya kepada ayahmu,tentang apa yang kau inginkan untuk masa depanmu.”ujar James,sahabatku.
“please,kata-katamu sama dengan ayahku. Dengar,apa yang harus ku katakan? Aku takut kepada ayahku,jika dia marah... aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepadaku?”jawabku sembari meminum minumanku di kantin.
“begini saja,kau katakan yang sejujurnya secara perlahan-lahan. Hati orang tua pasti luluh jika dibicarakan baik-baik,jangan kasar nada bicaranya. Atau,aku punya brosur lomba menjadi fotografer,kau ikutan dan buktikan kalau kau bisa”ujar James sambil menyerahkan brosur kehadapanku.
“ayah akan mencekikku jika dia tahu”
“dia tidak akan melakukannya. Kau belum mencoba saja sudah takut. Sepertinya tanpa ayahmu mencekikmu,kau sudah pingsan dihadapannya. Cobalah,kau pasti bisa”
“hei Ryan.... kau mau memfotoku? Lihat poseku baguskan?”ujar ketua anak gank yang sering mengolok-olokku tentang hobbyku,menurut dia fotografer itu pekerjaan yang tidak bagus dan tidak beharga. “atau bagaimana dengan pose menempel ditembok?”ujarnya lagi sambil menempelkan dirinya ditembok seperti cicak.
“dia mengolokmu,lagi. Sekali-kali lawan.. bisakan?”ujar James.
“hei cicak,kau tidak perlu menempel ditembok. Bagaimanapun gayamu,kau tidak bagus difoto. Yang ada camera jadi rusak karena wajahmu. Dan dengar,tidak ada yang boleh meledek hobby atau cita-citaku,karena suatu saat nanti aku lebih hebat darimu”ujarku gerang karena selalu jadi bahan ledek olehnya. Aku dan James pergi dari kantin menuju kelas.
“jadi bagaimana boy,kau ikut lomba itu?”tanya James diperjalanan menuju kelas.
“daftarkan namaku,akan kubuktikan kepada dunia kalau aku bisa menjadi apapun yang aku inginkan. Jika aku mendapatkan juara pertama,aku akan berbicara dengan ayah tentang cita-citaku ini”jawabku. James tersenyum mendengar jawabanku.
Diperjalanan pulang,aku sengaja berkeliling terlebih dahulu untuk menemukan bahan untuk fotoku di perlombaan. Aku mengeluarkan camera sakuku dari tasku. Kumelihat matahari terbenam dibalik pohon,ku memfotonya. Lalu kumelihat bunga yang menjadi warna orange karena langit sore yang indah,dan kufoto juga bunga itu. Setiap kali aku memfoto sesuatu,aku merasa nyaman dan merasa lepas dari beban. Aku merasa bagaikan angin yang sekarang sedang menerpaku,bebas dan tenang.
Aku memilih-milih foto yang akan aku kirim ke perlombaan. Setelah banyak berfikir,aku memilih foto matahari terbenam dibalik pohon. Sebelum tiba dirumah aku mencetak fotonya dan mengirimkannya kepada juri. Sembari memasukkan surat itu ke kotak pos,aku berdoa,semoga aku bisa membuktikan kepada ayah bahwa aku bisa menjadi fotografer yang baik.
Seminggu kemudian,pengunguman hasil kerja kerasku. Ku menunggu dengan was-was dikamarku. Berharap surat tentang berita baik datang. Ku memutuskan keluar dari kamar untuk menunggu surat itu diteras depan rumah. Dan saat kuturuni tangga,diruang tamu ada ayah dan ibu. Ayah yang sedang membaca sebuah surat entah dari siapa dan ibu yang tersenyum tipis membacanya. Aku berdiri di depan mereka.
“Ryan. Apa maksudmu? Apa yang kau lakukan?”bentak ayah sembari melemparkan surat itu kehadapanku. “kau mau menentang ayah? Kau mengikuti lomba fotografer? Apa yang kamu mau? Apa hebatnya menjadi fotografer? Jika kamu meneruskan perusahaan ayah,kamu bisa membeli apapun yang kamu mau tanpa banyak berfikir”
Aku mengambil surat itu,aku terkejut dengan isinya. Aku mendapatkan juara pertama. Tanganku menjadi dingin seketika. Jantungku berdegup kencang.
“katakan kepada ayah,apa maksudmu melakukan itu dibelakang ayah? Kamu mau menantang ayah?”bentak ayahku. Aku hanya bisa terdiam dan tertunduk,ayah menghampiriku dan menarik kerah bajuku. Ibu mencoba menghentikan. “kenapa kamu diam? Kamu tidak punya mulut untuk berbicara? Apa suaramu habis? Katakan,berikan ayah alasan”
Aku hanya bisa terdiam dan menerima perlakuan ayah,lalu ayah melepas genggamannya. “apa yang kamu mau sebenarnya? Ayah selalu menuruti kata-katamu,lalu ini balasanmu?”
Aku mengadahkan kepalaku sembari menahan air mata. “aku yang selalu menuruti kata-kata ayah. Aku yang selalu mendengar kata-kata ayah. Tapi yah... aku tidak meminta apapun kepada ayah,ayah selalu memberikannya sepenuh hati,dengan senyuman,padahal aku tidak meminta dan membicarakannya. Sekarang aku ingin meminta sesuatu kepada ayah. Tolong,tolong restui cita-citaku ini,tolong...”ujarku. Aku tidak kuat menahan air mataku. Aku berlutut dihadapan ayahku sembari menangis ketakutan,aku takut kata-kataku kasar dan menyakiti perasaan ayah. Ku mendengar isak tangis ibu disamping ayah.
“ayah ingin kau meneruskan perusahaan ayah agar kau bahagia. Agar kau tidak perlu terlalu pusing mencari uang. Hanya itu yang ayah inginkan”ujar ayahku sembari membangunkanku dari berlututku.
“yah.. mungkin ayah benar,aku tidak akan pusing dengan pekerjaan meneruskan perusahaan ayah,tapi aku tidak akan bahagia. Aku akan menderita. Aku hanya ingin melakukan apa yang ada dihatiku,bukan difikiranku. Jadi aku mohon ayah,aku mohon”ujarku.
Ayah duduk disofa. “ayah fikir apa yang ayah lakukan selama ini membuatmu bahagia,ternyata...”ujar ayahku sembari menangis.
Aku merasa bersalah,aku berlutut lagi didepannya sembari memegang tangannya. “apa yang ayah lakukan selalu membuatku bahagia. Aku mohon ayah jangan menangis,jika karena cita-citaku ayah menangis,kalau begitu aku akan lakukan apapun agar ayah bahagia,walaupun itu mengubah diriku”ujarku.
“kalau begitu ayah mau... ayah mau kau menjadi dirimu sendiri,jadilah apa yang kamu inginkan. Kebahagianmu adalah kebahagiaan ayah juga,jadilah fotografer terkenal di seluruh negara. Jadilah fotografer terhebat,buatlah ayah bangga”
Aku merasa terkejut dengan perkataan ayah. Aku seperti merasakan angin sejuk seperti angin di perdesaan. Senyuman lebar terbentuk dibibirku. “ayah...”
“kejarlah mimpimu,jangan sampai ada yang menghalangi cita-citamu. Buktikan kepada orang-orang yang merendahkanmu,bahwa kau bisa mencapai bintangmu sendiri. Maaf ayah selama ini tidak mengerti perasaanmu,maafkan ayah”ujar ayahku dan kami berpelukan. Ibupun ayah peluk,ibu mencium pipiku dan mengusap air mataku.
“terima kasih ayah,terima kasih”ujarku. Hari itu adalah hari yang sangat hebat untukku.
2 minggu kemudian,aku bersama keluarga dan James pergi ke tempat pengambilan penghargaan.
“dan kita sambut juara pertama,Ryan Ahmad”ujar host diacara tersebut. Aku menaiki panggung dan mengambil penghargaannya, satu piagam,satu piala dan uang 2 juta serta kontrak kerja dari fotografer terkenal. Hari itu hari yang tidak akan kulupakan,dimana aku mengangkat pialaku tinggi-tinggi dengan senyuman lebar di bibirku.
5 tahun kemudian (di pameran amal)
Ya.. terbilang sulit usaha dan rintangan yang harus kuhadapi,tapi bagaimana lagi? Jika aku tidak berani menghadapi rintangan itu,sampai kapan aku mau duduk dan menerima apa yang terjadi.
Lalu bagaimana dengan para gank itu? Ya,seperti yang aku bilang sebelumnya,aku akan lebih hebat dan itu terbukti karena kerja kerasku. Sekarang orang yang meledekku dengan posenya itu menjadi anak buahku di museumku,museum lukisanku sebagai pemandu wisata.
Bisa dikatakan aku dulu bukanlah anak yang pintar disekolah,tapi aku bisa meraih cita-citaku. Nilaiku semua rata-rata,mungkin banyak orang untuk menjadi orang sukses harus selalu mendapat nilai sempurna,seratus. Tapi menurutku,orang yang bisa meraih cita-citanya adalah orang yang memiliki tujuan,motivasi dan semangat. Nilai memang penting,tapi jika tidak dari hati nilai berapun tidak ada gunanya.
Jadi lakukanlah sesuatu dari hati dan pasti bisa.
“Ryan.. kau sudah menkadi orang yang hebat ya...”
“ya itu juga karena kamu James,bagaimana dengan restoranmu? Sukses selalu pastinya”ujarku kepada sahabat yang selama ini ada disampingku jika suka dan duka.
“lain kali main ke restoranku,akan kujamu kau sebagai raja”ujarnya sembari tertawa bersamaku.
“bisa saja kau ini”ujarku.
“Ryan”panggil seseorang. Yang ternyata ayah dan ibuku.
“ayah,ibu”aku dan James menghampiri mereka.
“ibu bangga sama kamu,lihat,saking terkenalnya kamu,banyak yang datang ke acara pameran amal ini. Kau memang anak yang hebat”ujar ibuku. Aku hanya bisa tersenyum sinis sembari merangkulnya.
“ayah juga bangga. Selamat kau sudah membuat ayah bangga,kau anak sangat hebat”ujar ayahku.
“terima kasih. Ini juga berkat doa kalian. Bagaimana kalau aku ajak ayah,ibu dan James keliling pameran?”tawarku.
“baiklah”semua menjawab.
Kita semua mulai menjelajahi pameran. Dan meski ini belum selesai tapi ini cukup menyenangkan. Jika aku saja bisa melakukannya,kalian pasti bisa. Banyak orang yang akan mendoakanmu.